Nasehat Dari Dr. KH. Muslih Abdul Karim.
Beliau ini salah satu dosen tafsir di LIPIA Jakarta, juga di PTIQ Jakarta. Menyelesaikan Program Doktoralnya di Univ. Imam Muhammad bin Saud, Riyadh Saudi Arabiyah.
Beliau sangat akrab dengan murid2xnya. Berkali2x kami sering diskusi di ruangannya bahkan saya sendiri sempat tiga kali ke rumah beliau, dan diajak makan nasi goreng, hehehe.
Barusan dapat BC dari temen seputar tanggapan beliau terkait isu LGBT, teduh sekali bacanya. Rindu sama beliau. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keberkahan hidup untuk beliau. Aamiin...
Berikut isinya :
Ustadz DR Muslih Abdulkarim, di Masjid Brimob Kelapa Dua tentang LGBT :
Membiarkan LGBT berarti menyiapkan diri dan bumi tempat kita berpijak utk mendapat murka Allah Ta'ala.
Ada dua macam tarikan negatif yg mesti kita kendalikan. Pertama Hawa nafsu, kedua syahwat.
Selama ini dua hal itu kita anggap sama, padahal tidak.
Hawa nafsu itu tarikan yang sifatnya ke arah ego. Sedangkan syahwat itu tarikan yang sifatnya fisik/material. Silakan cek Al Qur’an.
Kata syekh Abdul Qadir al-Jailani, puncak dari mempertuhankan hawa nafsu adalah mempertuhankan diri sendiri, yg tercermin dari ucapan Fir'aun yang menyatakan dirinya Rabb (tuhan pemelihara).
Sedangkan puncak dari pemujaan terhadap syahwat adalah homoseksual. (kisah kaum Nabi Luth).
Kenapa kita mesti concern ttg LGBT, karena kalau kita lihat di Al Qur'an hukuman bagi para pemuja Hawa nafsu itu beda dengan hukuman bagi pemuja syahwat.
Pemuja hawa nafsu seperti Fir'aun, yg dihancurkan itu cuma Fir'aun dan tentara nya saja. Kota Mesir nya masih tetap ada.
Sedangkan pemuja syahwat itu dihancurkan sampai ke bumi tempat mereka berpijak. TOTAL!!! Artinya kucing dan tikus liar yang menumpang makan di situ ikut terkena bencana.
Dan itu bukan hanya kejadian di kota Sodom. Kita lihat pola yg sama di Pompeii, lalu di sebuah dusun kecil, Lagetang. Semuanya polanya sama. Pemujaan terhadap syahwat -> melampaui batas sampai muncul perilaku homosex -> menunggu bencana.
Bahkan itu juga yang terjadi menjelang kiamat... Dalam hadits, digambarkan manusia hilang malunya sehingga biasa untuk ngeseks di pinggir jalan.
Jadi menurut yang saya pahami, perilaku homosex tidak boleh dibiarkan begitu saja. Harus kita cegah... Tentunya bukan dengan memusuhi pelaku. Tapi yang kita cegah adalah tersebarnya paham tersebut.
Setidaknya bertindak agar jelas posisi kita. Misalnya tidak beli kopi di Starbucks, atau kalau mampu, melakukan counter campaign atau penyadaran bagi para homosex.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kisah tentang keberpihakan. Di saat Nabi Ibrahim dibakar Raja Nimrod, seekor semut membawa setetes air (dalam riwayat lainnya, seekor burung yang membawa air) lalu seekor burung lainnya kemudian bertanya, "untuk apa kamu bawa air itu?"
"ini air untuk memadamkan api yang sedang membakar kekasih Tuhan, Ibrahim."
"Hahaha... Tak akan guna air yang kamu bawa", kata burung.
"Aku tahu, tetapi dengan air ini aku bisa menjawab ketika Tuhanku bertanya, apa yang telah aku lakukan untukk menolong agama Allah".
Atau
"Aku tahu, tetapi dengan ini aku menegaskan di pihak manakah aku berada"
Wallahu'alam
Belum ada tanggapan untuk "Nasehat Terkait Dengan LGBT"
Post a Comment