SITUASI DUNIA KETIKA SURAT AR-RUM TURUN
(Sejarah sebagai perulangan kembali pada saat ini oleh muka yg berbeda beda atas prinsip yang sama).
Masa penurunan surat ini benar-benar berkaitan dengan peristiwa sejarah yang disebutkan pada ayat pertama. Di situ ditegaskan: Bangsa Romawi telah dikalahkan di tanah terdekat. Pada masa-masa itu Bizantium menduduki daerah-daerah yang berdekatan dengan Arabia, yaitu Yordania, Syria, dan Palestina, dan di daerah-daerah itu bangsa Romawi benar-benar ditaklukkan Persia pada tahun 615 Masehi. Karena itu bisa ditegaskan dengan sangat pasti bahwa surat ini diturunkan persis pada tahun itu, dan pada tahun itu pula terjadinya hijrah (serombongan muslim) ke Habsyi (Abesinia).
Latar Belakang Sejarah
Ramalan yang terdapat pada ayat awal (ayat 2) surat ini adalah salah satu bukti yang sangat nyata bahwa Al-Qurãn adalah firman Allah, dan Nabi Muhammad adalah rasulNya. Mari kita amati latar belakang sejarah yang berkaitan dengan surat ini.
Delapan tahun sebelum Muhammad dipilih menjadi rasul, Kaisar Bizantium Maurice dijatuhkan oleh Phocus, yang menguasai istana dan kemudian menjadi raja. Setelah itu, yang pertama kali dilakukan Phocus adalah memerintahkan hukuman mati bagi lima putra Maurice di depan matanya, lalu Maurice sendiri pun dibunuh, dan kemudian kepala mereka digantung di jalan terbuka di Constatinopel. Beberapa hari kemudian, Phocus pun mengeksekusi permaisuri kaisar dan tiga putri mereka.
Kejadian-kejadian tersebut membuat Khusrau (kaisar) Parvez, raja Persia dari dinasti Sassanid, mempunyai alasan moral yang bagus untuk menyerang Bizantium. Selain itu, Kaisar Maurice adalah orang yang membantunya menjadi penguasa Persia. Karena itu ia pun segera memaklumkan pembalasan dendam untuk kematian ‘bapak pelindung (godfather) serta anak-anaknya terhadap Phocus si perampas. Maka ia mulai melancarkan perang terhadap Bizantium pada tahu 603 M, dan dalam beberapa tahun memerangi tentara Phocus, akhirnya ia mencapai Edessa (sekarang Urfa) di Asia Kecil pada satu sisi, dan pada sisi lain ia pun memasuki Aleppo dan Antioch di kawasan Syria.
Ketika para menteri Bizantium melihat Phocus tak mampu menyelamatkan negeri itu, mereka pun minta bantuan gubernur Afrika, yang kemudian mengirim putranya Heraclius ke Constantinopel dengan membawa armada tentara yang tangguh. Phocus pun ditumbangkan, dan Heraclius menjadi kaisar.
Ia memperlakukan Phocus sebagaimana Phocus memperlakukan Maurice. Itu terjadi pada tahun 610 M. Tahun pengangkatan Muhammad bin Abdullah menjadi rasul.
Alasan moral yang digunakan Kusrau Parvez untuk memulai perangnya tidak lagi sah setelah kejatuhan dan kematian Phocus. Seandainya alasan perangnya benar-benar untuk membalas dendam atas pembunuhan sekutunya oleh Phocus yang kejam, maka ia akan menduduki tahta setelah kematian Phocus. Tapi kenyataannya ia terus melancarkan perang, yang mengesankan perang suci Zoroaster melawan Kristen.
Simpati sekte-sekte Kristen (yaitu Nestorian dan Jacobian, dll) yang telah dikucilkan dan ditindas penguasa Romawi jatuh pada penyerang beragama Magi (Zoroaster) itu, dan orang-orang Yahudi juga bergabung dengan mereka. Begitu banyaknya jumlah orang Yahudi itu, sehingga pasukan Khusrau mencapai jumlah lebih dari 26.000 tentara.
Heraclius tidak mampu menghentikan badai serangan yang datang. Kabar yang ia terima dari timur segera setelah ia naik tahta adalah bahwa bangsa Persia telah menduduki Antioch. Setelah itu, Damaskus pun jatuh pada tahun 613 M. Kemudian pada tahun 614 M, tentara Persia menduduki Jerusalem, membawa bencana bagi dunia Kristen. Sebilan puluh ribu orang Kristen dibantai dan Pemakaman Suci (the Holy Sepulchre) dirusak. Salib Asli, yang dipercaya orang Kristen sebagai sarana penyaliban Yesus, dirampas dan dibawa ke Mada’in. Kepala pendeta Zacharia dijadikan tawanan, dan semua gereja besar di di kota itu dirobohkan.
Betapa bangganya Khusrau Parvez dengan kemenangan ini dapat terbaca melalui suratnya yang dikirim kepada Heraclius dari Jerusalem. Ia menulis: “Dari Khusrau dewa teragung, penguasa seluruh dunia; untuk Heraclius budaknya yang sangat hina dan bodoh: ‘Kau mengatakan bahwa percaya pada (kekuasaan) Tuhanmu. Mengapa Tuhanmu tidak menyelamatkan Jerusalem dari aku?’”
Dalam setahun setelah kemenangan itu, pasukan Persia menaklukkan Yordania, Palestina dan seluruh Semenanjung Sinai, dan mencapai perbatasan Mesir. Persis pada masa itu pula peristiwa yang jauh lebih bernilai sejarah berlangsung di Makkah. Kaum mu’min yang dipimpin Nabi Muhammad sedang memperjuangkan eksistensi mereka di tengah kaum musyrikin Quraisy, dan ketegangan pun memuncak pada tahun 615 M, sehingga sebagian kaum mu’min harus meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi ke wilayah kerajaan Kristen Abesinia, yang waktu itu merupakan sekutu Kekaisaran Bizantium.
Pada masa itu kemenangan Sasanid atas Bizantium menjadi pembicaraan di kota, dan kaum musyrik Makkah pun menejek kaum mu’min. Mereka bilang, “Lihatlah para pemuja api Persia menjadi pemenang perang di mana-mana dan orang-orang Kristen berserakan ke mana-mana. Begitu juga kami, para pemuja patung Arabia, akan membasmi kalian berikut agama kalian.”
Itulah keadaan ketika surat Ar-Rûm turun. Dan dalam ramalan yang terdapat di dalamnya, disebutkan bahwa: Bizantium dikalahkan. Di tanah terdekat. Tapi mereka, setelah kekalahan mereka, nanti akan menang. Dalam tiga sampai sembilan tahun. Menurut Allah urusan sebelum dan sesudahnya. Dan pada masa itu kaum mu’min akan bergembira. Dalam kemenangan ilahi. Dia (Allah) memberikan kemenangan kepada yang berkehendak (mencapainya). Yakni Dia (dengan ilmNya) mahapemberi keperkasaan lagi maha pembina hidup kasih sayang.
Di dalamnya terdapat dua ramalan. Yaitu, pertama, bangsa Romawi akan unggul, dan kedua, kaum mu’min juga akan unggul pada waktu yang sama.
Jelas (terbukti dalam sejarah) pemenuhan ramalan itu terjadi hanya dalam beberapa tahun ke depan. Di satu pihak, memang ada sejumlah mu’min yang teraniaya di Makkah, dan bahkan sampai delapan tahun setelah ramalan itu tampaknya tidak ada untuk kemenangan dan keunggulan mereka. Di lain pihak, bangsa Romawi terus mengalami kehilangan wilayah dari hari ke hari. Pada tahun 619 M, seluruh wilayah Mesir telah beraling ke tangan Sasanid dan tentara Magi telah mencapai wilayah Tripoli.
Sebelumnya, di Asia Kecil mereka mengalahkan dan memukul mundur tentara Romawi ke Bosporus, dan pada tahun 617 M, mereka menguasai Chalcedon (kini Kadikoy) yang berhadapan persis dengan Constatinopel. Kaisar setempat mengirim utusan kepada Khusrau, merengek bahwa ia bersedia berdamai dengan syarat apa pun, tapi Khusrau menjawab, “Aku tidak akan melindungi kaisarmu sampai ia datang kepadaku dalam keadaan dirantai dan berhenti mematuhi Tuhannya yang disalib, untuk beralih mematuhi Dewa Api.” Akhirnya, sang kaisar menjadi begitu tertekan dengan kekalahannya, sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan Constatinopel dan mengungsi ke Carthage (kini Tunis). Seluruh keadaan pada waktu itu membuat semua orang tak bisa membayangkan Kekaisaran Bizantium bakal mengalahkan Persia. Jangankan bicara kemenangan, setiap orang bahkan tak sanggup membayakan kekaisaran itu akan bertahan.
Ketika ayat-ayat di atas turun, kaum kafir Makkah tertawa terbahak-bahak. Ubbay bin Khalaf bertaruh akan memberi Abu Bakar sepuluh ekor unta bila Romawi bisa menang dalam tiga tahun. Ketika Rasulullah mendengar taruhan itu, beliau berkata, “Al-Qurãn menggunakan kata bidh-i-sinîn, dan kata itu dalam bahasa Arab mengacu pada jumlah di atas sepuluh. Karena itu, naikkan taruhannya menjadi sepuluh tahun, dan tambah jumlah untanya menjadi seratus,” Maka Abu Bakar pun menyampaikan ucapan Rasulullah itu kepada Ubay dan bertaruh seratus unta untuk sepuluh tahun.
Pada tahun 622 M, ketika Rasullah berhijrah ke Yatsrib, Kaisar Heraclius diam-diam berangkat ke Trabzon dari Konstatinopel melalui Laut Hitam dan mulai bersiap menyerap Persia dari belakang. Untuk itu ia meminta uang kepada Gereja, dan Paus Sergius merentenkan kolekte (uang hasil sumbangan) Gereja, dengan pesan agar ia menyelamatkan agama Kristen dari tindasan agama Zoroaster. Heraclius memulai serangan baliknya pada tahun 623 M dari Armenia. Tahun berikutnya, 624 M, ia memasuki Azerbaijan dan menghantam Clorumia, tempat kelahiran Zoroaster, serta memorak-porandakan biara api Persia di kota itu. Persis pada masa itu, kaum muslim mencapai kemenangan dalam perang Badr, perang pertama melawan kaum musyrik Makkah.
Dengan demikian, kedua ramalan dalam surat Ar-Rûm terpenuhi dalam waktu yang ditetapkan, yaitu sekitar sepuluh tahun.
Pasukan Cizantium terus menekan keras pasukan Persia, dan dalam sebuah pertempuran di Niniveh (627 M), mereka menghantamkan pukulan terkeras. Mereka menawan para bangsawan Dastagerd, dan kemudian terus menekan lebih jauh lagi hingga ke sebelah kanan Ctesiphon, ibukota Persia pada masa itu.
Pada tahun 628 M, dalam sebuah gerakan revolusi di dalam, Khusrau Parvez dipenjarakan dan 18 orang putranya dieksekusi di hadapannya. Beberapa hari kemudian, ia sendiri mati di dalam penjara. Pada waktu itulah Perjanjian Hudaibiyah dilakukan, yang dalam Al-Qurãn disebut sebagai kemenangan sejati (fat-han mubîn). Dan persis pada tahun itu, putra Khusrau, Qubad II, menyerahkan daerah-daerah Romawi yang diduduki Persia, kemudian membuat perjanjian damai dengan Bizantium.
Setelah itu, tak ada orang yang meragukan kebenaran ramalan Al-Qurãn, dan hasilnya kebanyakan kaum musyrik Arab pun masuk Islam. Keturunan Ubbay bin Khalaf kalah taruhan, sehingga mereka harus menyerahkan seratus unta kepada Abu Bakar. Ia mengambil taruhan tersebut di hadapan Rasulullah, karena taruhan itu dilakukan pada masa judi belum diharamkan.
Belum ada tanggapan untuk " SITUASI DUNIA KETIKA SURAT AR-RUM TURUN"
Post a Comment